PALOPOTODAY.ID, BELOPA — Menteri Pertanian (Mentan) RI, Amran Sulaiman melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Luwu, Senin 11 Maret 2019.
Selain menyerahkan sejumlah bantuan, alumni Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini juga berbagi kisah inspiratif.
Di hadapan ribuan petani yang memadati tenda di Lapangan Andi Djemma, Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu, Amran menceritakan masa sulit hidupnya semasa kuliah di Unhas.
Kisah inspiratif tersebut diceritakan kakak Wakil Gubernur Sulsel, A Sudirman Sulaiman ini saat memanggil beberapa temannya saat kuliah di Unhas yang saat ini mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Luwu. Salah satu sahabat yang dipanggil yaitu Tandi Radja yang saat ini menjabat Camat Bua, Kabupaten Luwu.
“Inilah lima sahabat saya waktu kuliah dulu, mereka sangat paham dengan kondisi saya yang serba kekurangan. Merekalah yang banyak membantu saya, khususnya soal makanan,” katanya.
Amran mengisahkan, untuk menyiasati kondisi hidup yang serba kekurangan, dirinya kerap hanya mengkonsumsi sayur kangkung yang dipetiknya di sekitar rumah kost. Sesekali menikmati ikan yang ditangkap dari danau yang berada di lingkungan kampus.
“Saya itu hanya bisa membantu teman-teman saya ini jika ada tugas kuliah, tetapi jika soal makanan merekalah yang banyak membantu saya,” tuturnya.
Walau dalam kondisi yang sulit, Amran tidak ingin ketinggalan dalam soal asmara. Seperti mahasiswa lainnya, alumni SD Impres 10 Mappesangka, Bone ini, mencoba peruntungan dengan “menembak” anak gadis pemilik kost.
“Namun cinta saya ditolak, mungkin karena saya saat itu dipandang sebagai orang miskin. Mata ibu kost saya itu melotot melihat sendal jepit yang saya gunakan dua warna, sendal sebelah kiri dan kanan beda warnanya,” katanya.
Namun hal itu tidak membuat lulusan SMP Negeri Ponre, Bone ini menaruh dendam. Suatu saat, gadis yang pernah menolaknya itu mengalami masalah rumah tangga. “Dan Alhamdulillah, semua permasalahannya dapat terselesaikan,” tutur alumni SMA Negeri Lappariaja, Bone ini.
Baginya, dua guru yang patut diapresiasi adalah orang yang menghina dan orang yang memuji. “Jadikan hinaan itu sebagai motivasi, jangan dendam karena itu hanya akan menjadi racun bagi diri kita,” ucap Amran pada pertemuan yang dihadiri sejumlah kepala daerah, pejabat dan ribuan petani.
Bupati Luwu Basmin Mattayang, Wakil Bupati Luwu Syukur Bijak, Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, Wali Kota Palopo M Judas Amir, Wakapolda Sulsel Brigjen Pol Adnas seperti “terhipnotis” mendengar kisah sang menteri.
Diakhir sambutannya, alumni Fakultas Pertanian Unhas tahun 1993 ini memberi motivasi kepada petani agar lebih giat bekerja. “Jika ada orang (petani) yang ketika matahari sudah terbit masih berada di rumah maka dia masuk dalam kategori petani makuttu (malas). Hidup ini harus kerja, kerja dan kerja,” katanya.
Lahir sebagai orang miskin adalah hal yang tak dapat terhindarkan, tetapi hidup dalam kondisi miskin adalah pilihan. “Kita boleh lahir sebagai orang miskin, tetapi jangan mati dalam kondisi miskin. Olehnya itu, mari kita bekerja keras demi hidup yang lebih baik,” kata alumni Pasca Sarjana Pertanian Unhas tahun 2003 ini mengakhiri sambutannya.(wd)